Pentingnya Niat dalam Menuntut Ilmu
Pentingnya Niat dalam Menuntut Ilmu
Agenda | 20 Februari 2022
Fahmi Ilham
Sudah menjadi keharusan bagi seorang pelajar dalam niat mencari ilmu, untuk ikhlas mengharap ridho dari Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan diri dan orang lain, menghidupkan agama, serta melestarikan Islam. Karena Islam akan terus lestari jika pemeluknya memiliki pengetahuan.
Pentingnya Ilmu
Zuhud (tidak bergantung pada duniawi) dan takwa, tidak akan sah tanpa disertai dengan pengetahuan. Syaikh Burhanuddin menukil perkataan ulama berikut; “Orang yang tekun, beribadah tetapi bodoh, bahayanya lebih besar daripada orang alim tapi durhaka. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, yaitu bagi orang yang menjadikan mereka sebagai panutan dalam urusan agama.”
Dalam mencari ilmu, juga harus didasari niat untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Jangan pernah terbesit niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapatkan harta dunia, atau agar mendapatkan kehormatan di hadapan pejabat atau yang lainnya.
Barang siapa dapat merasakan lezatnya ilmu dan nikmat mengamalkannya, maka dia tidak begitu tertarik dengan harta benda, terlebih milik orang lain.
Syeikh Imam Hammad bin Ibrahim bin Ismail As-shafar al-Anshari membacakan syairnya kepada Abu Hanifah;
?? ??? ????? ?????? – ??? ???? ?? ??????
??? ?????? ????? – ???? ??? ?? ??????
Artinya: “Siapa yang mencari ilmu untuk akhirat, tentu ia akan memperoleh anugerah kebenaran. Dan kerugian bagi orang yang menuntut ilmu hanya karena mencari kedudukan di masyarakat.”
Boleh menuntut ilmu dengan niat dan upaya mendapat kedudukan di masyarakat kalau kedudukan tersebut digunakan untuk amar makruf nahi munkar, dan untuk melaksanakan kebenaran, serta untuk menegakkan agama Allah. Bukan untuk mencari keuntungan diri sendiri, juga bukan karena keinginan hawa nafsu.
Hal itu perlu direnungkan oleh para pelajar, supaya ilmu yang mereka cari dengan susah payah tidak sia-sia. Oleh karena itu dalam mencari ilmu jangan punya niat untuk mencari dunia yang hina dan fana itu. Seperti kata sebuah syair: Dunia ini lebih sedikit dari yang sedikit, orang yang terpesona padanya adalah orang yang paling hina. Dunia dan isinya adalah sihir yang dapat menulikan dan membutakan. Mereka kebingungan tanpa petunjuk.
Kitab: Ta’lim Muta’alim. Karya:Habib Abdulloh bin Aqil
Berita Terbaru
Grup Banjari SMA Bahrul Maghfiroh ISBAM, sabet juara
Ekstrakurikuler | 27 Maret 2023
Kunjungan Kepala Sekolah SMA Se-Indonesia
Agenda | 20 Februari 2022
Unit usaha budidaya jamur BM gandeng Bank Indoneisa
Doubletrack | 20 Februari 2022
Penyembelihan Kurban Hari Raya Idul Adha
Agenda | 20 Februari 2022